Pages

 

Selasa, 14 Mei 2013

Promosi Kesehatan yang Setengah Hati

0 komentar
Chikungunya datang kembali. Korbannya mulai berjatuhan. Lebih dari 100 orang di Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon sudah terkena penyakit ini. Di Kota Cimahi telah terdeteksi lebih dari 10 orang di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara menderita Chikungunya. Masyarakat sudah harus semakin waspada.

Penderita Chikungunya mengalami gejala yang hampir mirip dengan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Berbeda dengan DBD, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (Shock) maupun kematian meskipun penyebar virusnya adalah nyamuk yang sama, Aedes Aegepty. 

Masyarakat dapat menghindari penyakit dengan membasmi nyamuk pembawa virusnya. Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan unik. Pertama, Mereka senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Antisipasi terbaik adalah menjauhi kebiasaan unik nyamuk ini.

Upaya antisipatif yang dilakukan masyarakat bersama pemerintah memerlukan tindakan promotif dan preventif yang bersifat massif. Tidak hanya untuk kasus Chikungunya saja, tetapi juga untuk peningkatan kualitas hidup bersih dan sehat secara umum. Persoalannya dalam tahun anggaran 2010 terdapat penurunan yang cukup signifikan dalam anggaran untuk program promosi kesehatan. "Harus dipertanyakan mengapa anggaran promosi kesehatan pada Tahun anggaran 2010 mengalami penurunan menjadi 96,8 M dari 117,49 M di tahun 2009. Ini belum menunjukkan keseriusan pemerintah untuk merubah paradigma sehat kita dari kuratif bergeser ke promotif preventif" demikian pernyataan Ledia Hanifa , anggota Komisi IX DPR RI dalam rapat kerja dengan Sekretariat jendral Kementrian Kesehatan RI Senin, 18 Januari 2010.  

Anggaran ini turun dengan asumsi upaya promotif lebih banyak dilakukan oleh daerah. Dengan demikian sangat dituntut komitmen kepala daerah untuk memfokuskan pada upaya promotif . Ledia Hanifa berpendapat bahwa logika yang dipakai oleh Kementrian Kesehatan untuk menurunkan anggaran ini tidak tepat. " Kalau daerah ternyata tidak memberi uapaya promotif yang seriuh dalam promosi kesehatan dan APBD untuk promosi kesehatan juga kecil  siapa yang akan bertanggung jawab?", ujarnya.

Ledia Hanifa melanjutkan, "Secara realistik banyak daerah yang anggaran untuk bidang kesehatan dari APBD mengalami penurunan. Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2009 mengalokasikan dana untuk promosi kesehatan sebesar 9 miliar mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 4 miliar. Bahkan Pemda Cimahi untuk promosi kesehatan dari APBD 2010 dari 200 juta pada tahun 2009 menjadi 100 juta pada tahun 2010.". 

Persoalan turunnya anggaran promosi kesehatan ditengah merebaknya penyakit Chikungunya dan penyakit yang menular lainnya perlu untuk menjadi kajian khusus dari pemerintah. Sebab tindakan promotif kesehatan merupakan bentuk  preventif yang bersifat massif dalam mengatasi penyakit  Chikungunya dan penyakit yang menular lainnya. Dengan demikian akan terwujud efisiensi angaran kesehatan.   

sumber : http://myzone.okezone.com
http://www.promosikesehatan.com/?act=news&id=564

0 komentar:

Posting Komentar